Minggu, 19 April 2015

Singgah Dulu ke Bandara Internasional, Baru Bisa ke Sultan Thaha



 

Laporan Wartawan Tribun Jambi Heri Prihartono

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Dalam satu bandara biasanya ada beberapa pesawat yang digunakan untuk berbagai tujuan, satu diantaranya adalah pesawat asing untuk rute penerbangan Internasional. Syarat dilalui pesawat asing adalah bandara yang memiliki kantor C.I.Q (Custom Immigration Quarantine) yang wajib ada di bandara Internasional.

Menurut Manager Operasi Bandara Sultan Thaha Jambi Gurit Setyawan Jumat (10/4) meskipun bandara Sultan Thaha Jambi belum menjadi bandara Internasional, pesawat asing jika akan mendarat, terlebih dahulu melalui bandara terdekat yang berstatus Internasional.

"C.I.Q dibutuhkan saat ada penerbangan luar negeri. Jika sudah bandara Internasional keberadaannya wajib," kata Gurit.

Selain pesawat asing, di bandara juga ada pesawat carter yang biasanya disewakan untuk tujuan tertentu. Pesawat carter ini agar mendapat ijin terbang wajib berkoordinasi dengan pihak bandara.

Nah, pesawat yang sering ditemui di bandara pada umumnya adalah pesawat komersil, yang terbang dari satu daerah ke daerah tertentu untuk tujuan komersil.

"Sebelum terbang mereka wajib memiliki ijin dengan mengajukan slot time dari bandara," kata Gurit.

Sumber : http://jambi.tribunnews.com/2015/04/11/singgah-dulu-ke-bandara-internasional-baru-bisa-ke-sultan-thaha

Kamis, 09 April 2015

Penumpang di Ruang Roda Pesawat, GM Bandara Pekanbaru Dicopot

 JAKARTA, KOMPAS.com — General manager dan petugas keamanan Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dicopot dari jabatannya. Hal ini terkait insiden Mario Steven Ambarita (21) yang menjadi penumpang gelap dengan menyusup ke dalam roda pesawat Garuda Indonesia.

"Sanksi tegas rotasi general manager dan petugas keamanan bandara dirotasi," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo di Jakarta, Rabu (8/4/2015).

Suprasetyo memaparkan, Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi akan melakukan pencopotan kedua pejabat di Bandara Pekanbaru tersebut. "Sudah pasti dilakukan. Dirut AP 2 akan melaksanakan itu," kata Suprasetyo.

Suprasetyo memaparkan, semua orang yang masuk ke dalam bandara menjadi tanggung jawab pengelola bandara. Kementerian Perhubungan pun menilai operator bandara ceroboh dalam melakukan pengelolaan bandara.

"Tanggung jawab pengelola bandar udara kenapa orang masuk ke sisi udara tanpa diketahui. Apa pun alasan tidak dibenarkan, pengelola bandara dalam hal ini lalai, baik pengawasan, alat, dan patroli," kata Suprasetyo.

Sebelumnya diberitakan, Mario menumpang roda pesawat Garuda Indonesia dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru menuju Bandara Soekarno-Hatta. Tujuan Mario datang ke Ibu Kota untuk bertemu Presiden Joko Widodo.

Sumber : http://regional.kompas.com/read/2015/04/08/16294951/Penumpang.di.Ruang.Roda.Pesawat.GM.Bandara.Pekanbaru.Dicopot

Minggu, 29 Maret 2015

Pengawasan Berlapis di Pintu Masuk Pekanbaru

Banyak hal yang dilakukan aparat terkait untuk memutus mata rantai peredaran narkotika di Riau. Diantaranya dengan membuat pengawasan berlapis di berbagai pintu masuk di Riau baik darat, lau pun udara.

Laporan Syahrul Mukhlis dan Agustiar, Pekanbaru

DALAM mengantisipasi peredaran narkotika via udara, khususnya Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II, sejak lama sudah dibentuk tim pengawasan surveillance dan profiling. Hal ini berlaku untuk semua penumpang yang datang dan berangkat dari Pekanbaru, tidak hanya untuk penerbangan dalam negeri mau pun luar negeri.

Pemeriksaan terhadap penumpang dan bagasinya, pihak bandara menggunakan x-ray dan metal detector yang ditempatkan di dua titik, yakni di pintu masuk ke areal bording pass namun juga di pintu masuk ruang tunggu.

 ‘’Jadi kami sebenarnya kami itu fokus kepada keamanan dan keselamatan penerbangan, namun demikian apa bila ada hal-hal seperti itu (peredaran narkoba, red) yang berwenang aparat terkait untuk menindaklanjuti,’’ ungkap General Manager PT (Persero) Angkasa Pura II Bandara SSK II Pekanbaru Arif Darmawan, Jumat (13/3).

Untuk pemeriksaan ini, dikatakan Arif, peralatan yang disiapkan itu tidak mendukung atau tidak bisa mengetahui secara langsung keberadaan narkotika pada diri penumpang pesawat. Namun ada kemampuan dari petugas yang bisa membaca dan membedakan mana penumpang membawa narkotika dan mana yang tidak. ‘’Yang kami gunakan ekplosif dan metal detector yang mendukung kami untuk menciptakan keamanan dan keselematan penerbangan,’’ ujarnya.

Disampaikan Arif, di SSK II itu ada dua titik Security Check Point (SCP). ‘’Satu untuk bagasi dan juga manusiannya, dan SCP kedua yang juga dilengkapi dengan metal detector dan eksplosif nya, jadi ada dua lapis,’’ ungkapnya.

Di Bandara sendiri, untuk persoalan peredaran narkotika itu dari aparat kepolisian juga menyebar tim dan intel. Untuk 2015 ini, sudah mencegah dua tersangka peredaran narkotika jenis pil yang terjadi pada Kamis (5/3) dan Ahad (8/3) kemarin.

Pelabuhan Tidak Menggunakan X-Ray
Sudah sejak tiga tahun lalu Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru tidak lagi menggunakan fasilitas deteksi x-ray untuk mendeteksi barang dan penumpang yang keluar masuk pelabuhan. Namun demikian, pengawasan dan antisipasi terhadap barang bawaan penumpang dari barang terlarang seperti narkotika tetap dilakukan.

Kepala UPTD Dishub Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru, Joniansyah, mengatakan, alat deteksi jenis x-ray atau Ray Scan itu mereka gunakan sewaktu masih ada rute pelayaran tujuan Malaka,Malaysia, Jumat (13/3). ‘’Dulu saat masih ada kapal tujuan Malaysia, masih pakai ray scan. Tapi sejak tiga tahun lalu, tidak difungsikan lagi,’’ kata Joniansyah.

Untuk pengawasan, UPTD Dishub Pelabuhan Sungai Duku bekerjasama dengan pihak kepolisian sektor kawasan pelabuhan. ‘’Pelabuhan Sungai Duku ini bukan pelabuhan bongkar muat barang, kami mengawasi penumpang dan barang bawaannya. Cuma tentengan saja, tapi ada polisi yang membantu dari sisi pengawasan dan pengamanan,’’ kata Joniansyah.

Ditanya bagaimana dengan kondisi penumpang yang menyimpan narkotika di dalam pakaian atau yang melekat di tubuhnya seperti yang tertangkap di bandara beberapa waktu lalu, Joniansyah mengatakan tidak pernah ditemukan di pelabuhan. ‘’Selama saya disana, belum ada yang tertangkap tangan membawa yang seperti itu (narkotika,red),’’ kata Joniansyah.

Antisipasi selalu dilakukan dengan pengawasan lapangan dan melihat kondisi yang mencurigakan. ‘’Sekali-isekali BNN Kota Pekanbaru juga turun untuk melakukan pemeriksaan. Tes urine terhadap nakhoda dan Anak Buah Kapal (ABK), tapi itu berkala, tidak setiap hari,’’ kata Joniansyah.

Menurut Joniansyah, setiap keberangkatan juga harus melaporkan kondisi kesehatan karena ada petugas kesehatan juga di pelabuhan Sungai Duku. Setiap harinya, Sungai Duku digunakan oleh sekitar 600 sampai 800 orang penumpang speedboat. Ada 12 armada yang  dengan tujuan ke Kabupaten Siak, Bengkalis dan Selat Panjang Kabupaten Kepulauan Meranti.

BRPS Tak Miliki Alat Pendeteksi
Terminal Badaraya Payung Sekaki  (BRPS) selalu melibatkan pihak kepolisian dalam pengawasan penumpang yang hilir mudik keluar dan berangkat dari terminal tersebut. Termasuk pengawasan terhadap narkotika. Hal ini diungkapkan Kepala UPTD Terminal Bandaraya Payung Sekaki (BRPS) Kota Pekanbaru, Achmad Juli Wira Bhakti SE, Jumat (13/3).

‘’Dalam pengawasan, pelayanan, keamanan dan kebersihan di Terminal BRPS Kota Pekanbaru, kami selalu melibatkan pihak kepolisian yang ada di terminal. Jadi kami selalu pantau segala kegiatan untuk menghindari aksi atau aktifitas yang tidak bertanggungjawab juga antisipasi narkotika,’’ kata Wira Bhakti.

Menurut Wira, sejak menjabat 2013 lalu di BRPS belum pernah menemukan adanya tindakan peredaran narkotika di sana. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan angkutan darat dijadikan transportasi bagi pihak-pihak pengedar, namun dengan berkoordinasi maka mereka selalu siap dan siaga.

‘’Kalau sifatnya benda terlarang, membahayakan penumpang lain, itu langsung kami serahkan kepada polisi yang selalu ada dalam terminal,’’ ujar Wira Bhakti. Kami di terminal BRPS memang belum mempunyai alat pelacak yang canggih. Tapi saya sudah mengajukan, kedepannya Terminal BRPS ini harus mempunyai pendeteksi sekurang-kurangnya metal detector kalaupun tidak seperti X-ray,’’ kata Wira Bhakti.(kun)

Sumber : http://www.riaupos.co/65247-berita-pengawasan-berlapis-di-pintu-masuk-pekanbaru.html#.VRgC1I6YEeU

Sabtu, 28 Maret 2015

Bandara Tjilik Riwut Tetap Ramai

ADANYA penetapan Kementrian Perhubungan berkaitan dengan peniadaan tiket murah oleh Kementerian Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Kemenhubkominfo)  RI, ternyata tidak mempengaruhi jumlah penumpang yang menggunakan jasa penerbangan di Bandar udara (Bandara) Tjilik Riwut Palangka Raya.

Demikian juga, dengan peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia di perariran Kotawaringin Barat (Kobar) yang merenggut ratusan korban jiwa. Tampaknya tidak mempengaruhi minat calon penumpang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bandara Tjilik Riwut, mencatat jumlah penumpang dalam perharinya mencapai 1.200 penumpang jika dalam kondisi ramai, dan mencapai sekitar 800 orang dalam keadaan sepi.

Kepala Bandara Tjilik Riwut, Usman Effendi mengatakan. Sejauh ini, untuk jumlah pesawat yang setiap hari memanfaatkan bandara ini mencapai sembilan kali perhari atau 18 kali penerbangan dalam perharinya.

“Tidak ada penurunan penumpang, di Bandara Tjilik Riwut, semua masih berjalan seperti biasa, tidak ada pengaruhnya jatuhnya pesawat Airasia dan larangan penjualan tiket murah terhadap jumlah penumpang pesawat,” terang Kepala Bandara Tjilik Riwut, Usman Effendi saat dibincangi Kalteng Pos, Kamis (29/1).

Dikatakan Usman, pihaknya juga terus melakukan pembenahan terminal bandara maupun fasilitas lainnya untuk memperbaiki pelayanan terhadap penumpang yang memanfaatkan bandara Tjilik Riwut. Karena, pihaknya ingin pelayanan terhadap publik yang menggunakan pesawat di bandara ini semakin baik. Bahkan tahun 2017 terminal bandara sudah terbangun baru.

"Ya, kami membenahi semuanya, baik landasan pacu, apron, maupun terminal bandara, semuanya kami lakukan perbaikan secara bertahap,” kata Usman.

Ditambahkannya, Bandara Tjilik Riwut masih menggunakan harga tiket promo. Kebijakan Kemenhubkominfo RI menaikkan tarif 40 persen dari tariff terendah, nantinya harga tiket terendah berkisar Rp 600.000-700.000 untuk tujuan Surabaya, dan Rp 750.000-800.000 dengan tujuan Jakarta.


Sementara itu, salah satu penumpang Elsin (24) yang sedang menunggu jadwal keberangkatan peswat yang akan ditumpanginya, mengaku tidak takut bepergian menggunakan jalur udara pasca tragedy AirAsia, dan peniadaan tiket murah. “Ngapain takut, dimana saja kita pasti menemui kematian. Soal tak ada lagi tiket murah, gak masalah,” ucapnya. (*iha/kam)

Sumber : http://www.kaltengpos.web.id/berita/detail/16164/bandara-tjilik-riwut-tetap-ramai.html

Aceh dan Janji Jokowi

 
JAKARTA, KOMPAS - Kunjungan Presiden Joko Widodo selama dua hari di Aceh, 9-10 Maret, sepertinya menjanjikan perbaikan perekonomian dan kesejahteraan bagi daerah di ujung Sumatera itu.

Presiden menaburkan janji di semua daerah kunjungan: mulai dari Sabang, Lhokseumawe, sampai pedalaman Paya Bakong, sebuah kecamatan terpencil di Kabupaten Aceh Utara. Rangkaian janji itu bisa jadi pengobat hati masyarakat Aceh untuk memulai lembaran baru penuh cinta kepada Republik atau sebaliknya, menjadi bom waktu yang menambah ketidakpercayaan Aceh kepada Jakarta yang hanya memberikan janji, tetapi nihil realisasi.

Selama ini, sudah banyak janji pemerintah pusat kepada Aceh. Sepertinya, Jokowi mengikuti pola presiden terdahulu yang menebar banyak janji ketika berkunjung ke Aceh. Segera setelah Jokowi pulang, terlihat masyarakat tidak terlalu antusias dalam merespons daftar janji itu. Tampaknya masyarakat sudah belajar dari pengalaman: pemimpin hanya bisa menabur janji, tetapi miskin dalam realisasi.

Pertumbuhan ekonomi

Hampir semua janji Jokowi di Aceh masuk dalam kementerian perekonomian dan perhubungan. Sejumlah bandara di Aceh dijanjikan akan diperpanjang landasannya tahun ini. Bandara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh, Bandara Malikussaleh di Aceh Utara, Rambele di Bener Meriah, Maimun Saleh di Sabang, dan sejumlah bandara kecil lain yang selama ini secara reguler didarati pesawat.

Pelebaran dan penambahan landasan bandara memang salah satu aspek penting untuk menunjang tumbuhnya kegiatan perekonomian. Panjang Bandara Malikussaleh, misalnya, saat ini 1.850 meter dan dijanjikan Jokowi akan diperpanjang tahun ini menjadi 2.400 meter agar bisa didarati pesawat berbadan lebar. Keberadaan bandara ini penting untuk mempermudah akses barang dan jasa dengan beberapa daerah di wilayah utara Aceh.

Janji lainnya adalah membuka kembali PT Kertas Kraft Aceh (KKA), sebuah BUMN yang bernilai historis karena Jokowi pernah bekerja sebagai konsultan kehutanan di perusahaan tersebut. Di sektor pertanian, pemerintah pusat akan membangun Bendungan Keureuto di Payang Bakong, Aceh Utara, senilai Rp 1,7 triliun. Realisasi janji ini terlihat lebih optimistis karena sudah dialokasikan anggarannya dalam APBN dan sudah ada pelaksananya.

Regasifikasi di PT Perta Arun Gas termasuk salah satu proyek lain yang sedang berjalan meskipun dalam hal ini agak mengecewakan karena pemerintahan sebelumnya merencanakan pembangunan kilang BBM pasca berakhirnya operasional PT Arun NGL. Selebihnya, ada juga janji membangun tol laut di Aceh yang sebelumnya tak termasuk dalam agenda nasional. Padahal, pembangunan tol laut di Aceh juga bernilai strategis karena letak sejumlah wilayah Aceh di Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan sejumlah negara.

Jika sebagian saja dari janji itu terwujud, akan menimbulkan efek berganda untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Aceh, yang pada akhir 2014 tercatat 1,65 persen atau melambat dari tahun sebelumnya, 2,83 persen. Potensi pertumbuhan ekonomi juga akan mengurangi jumlah pengangguran terbuka di Aceh yang menurut laporan Badan Pusat Statistik, akhir tahun lalu, mencapai 6,75 persen.

Proaktif

Tebaran janji ekonomi Jokowi di Aceh juga berdampak politis bagi peningkatan hubungan Aceh dan pusat yang belakangan tidak lagi menjadi fokus setelah konflik bersenjata berakhir, menyusul perjanjian damai Helsinki, 15 Agustus 2005. Maka, momentum ini selayaknya digunakan untuk menjaga kesinambungan masa bulan madu hubungan Aceh-Jakarta. Pemerintah pusat perlu menjaga kepercayaan masyarakat Aceh dengan memenuhi semua janji yang sudah ditebarkan, baik selama kunjungan maupun selama masa kampanye dulu.

Pemerintah Aceh tidak bisa membiarkan momentum ini berlalu begitu saja. Pusat sudah membuat ruang begitu besar bagi Aceh untuk terus berkembang seperti daerah lainnya di Indonesia, melalui pembangunan sejumlah infrastruktur perhubungan, pertanian, dan industri. Elite lokal harus proaktif menindaklanjuti semua janji tersebut, apalagi terhadap proyek yang bukan lagi sekadar komitmen. Sikap panas-panas tahi ayam selama ini tidak boleh dibiarkan.

Biasanya, setelah presiden dan rombongan pulang, semuanya akan tergilas dengan rutinitas sehingga membuang peluang yang sudah ada. Masih segar dalam ingatan janji presiden sebelumnya untuk menghidupkan kembali pabrik pupuk PT ASEAN Aceh Fertilizer. Nyatanya, sampai sekarang perusahaan itu masih menjadi besi tua. Sementara operasional PT Pupuk Iskandar Muda juga masih "megap-megap" karena sulitnya mendapatkan bahan baku gas.

Merawat hubungan Aceh-Jakarta harus bersinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Butuh napas panjang agar janji Jokowi di "Bumi Serambi Mekah" bisa terealisasi. Elite di Aceh tidak boleh menunggu. Kini saatnya menjemput bola agar kehidupan rakyat Aceh setelah konflik dan tsunami semakin baik.

Guru Besar Ekonomi dan Rektor Universitas Negeri Malikussaleh, Aceh

* Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas edisi Rabu (25/3/2015).
Oleh: Apridar

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2015/03/25/15000041/Aceh.dan.Janji.Jokowi